Selasa, 21 Oktober 2014

Perilaku Etika Dalam Bisnis



TUGAS  SOFTSKILL  2 ETIKA PROFESI AKUNTANSI

Lingkungan Bisnis yang Mempengaruhi Perilaku Etika
Banyak  perusahaan yang kurang sukses dalam berusaha dikarenakan kurang jujur terhadap konsumen dan tidak menjaga atau memelihara kepercayaan yang telah diberikan oleh konsumen. Dalam hal ini peran manajer sangat penting dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis secara etis.
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku etika dalam bisnis yang nampak pada ilustrasi berikut :
1.    Lingkungan Bisnis
Seringkali para eksekutif perusahaan dihadapkan pada suatu dilema yang menekannya, seperti misalnya harus mengejar kuota penjualan, menekan ongkos-ongkos, peningkatan efrisiensi dan bersaing. Dipihak lain eksekutif perusahaan juga harus bertanggung jawab terhadap masyarakat agar kualitas barang terjaga, harga barang terjangkau. Disini nampak terdapat dua hal yang bertentangan harus dijalankan misalnya, menekan ongkos dan efisiensi tetapi harus tetap meningkatkan kualitas produk.
2.    Organisasi
Secara umum, anggota organisasi itu sendiri saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya (proses interaktif). Dilain pihak organisasi terhadap individu harus tetap berprilaku etis, misalnya masalah pengupahan, jam kerja maksimum.
3. Individu
Seseorang yang memiliki filosofi moral, dalam bekerja dan berinteraksi dengan sesama akan berprilaku etis. Prinsip-prinsip yang diterima secara umum dapat dipelajari/diperoleh dari interaksi dengan teman, famili, dan kenalan. Dalam bekerja, individu harus memiliki tanggung jawab moral terhadap hasil pekerjaannya yang menjaga kehormatan profesinya. Bahkan beberapa profesi memiliki kode etik tertentu dalam pekerjaan.
Kode etik  diperlukan untuk hal seperti berikut :
a. Untuk menjaga keselarasan dan konsistensi antara gaya manajemen strategis dan kebijakan dalam pengembangan usaha di satu pabrik dengan pengembangan sosial ekonomi dipihak lain.
b. Untuk menciptakan keterangan, kenyamanan dan keamanan batin bagi perusahaan/investor serta bagi para karyawan.

4. Saling Ketergantungan Antara Bisnis dan Masyarakat
Bisnis melibatkan hubungan ekonomi dengan banyak kelompok orang yang dikenal sebagai stakeholders, yaitu pelanggan, tenaga kerja, stockholders, suppliers, pesaing, pemerintah dan komunitas. Oleh karena itu para pebisnis harus mempertimbangkan semua bagian dari stakeholders dan bukan hanya stockholdernya saja. Pelanggan, penyalur, pesaing, tenaga kerja dan bahkan pemegang saham adalah pihak yang sering berperan untuk keberhasilan dalam berbisnis.
Lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika adalah lingkungan makro dan lingkungan mikro. Lingkungan makro yang dapat mempengaruhi kebiasaan yang tidak etis yaitu bribery, coercion, deception, theft, unfair dan discrimination. Maka dari itu dalam perspektif mikro, bisnis harus percaya bahwa dalam berhubungan dengan supplier atau vendor, pelanggan dan tenaga kerja atau karyawan.
Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia yang nuansanya kini telah berubah.
Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya.
Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam perusahaan  itu sendiri. Bisnis selalu berhubungan dengan masalah-masalah etis dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
1.        Hubungan antara bisnis dengan langganan/konsumen
Hubungan antara bisnis dengan langgananya merupakan hubungan yang paling banyak dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulannya secara baik.
2.        Hubungan dengan karyawan
Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering kali harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya. Pergaulan bisnis dengan karyawan ini meliputi beberapa hal yakni : Penarikan (recruitment), Latihan (training), Promosi atau kenaikan pangkat, Tranfer, demosi (penurunan pangkat) maupun lay-off atau pemecatan / PHK (pemutusan hubungan kerja).
3.        Hubungan antar bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahan yang lain. Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan para pesaing, grosir, pengecer, agen tunggal maupun distributor. Dalam kegiatan sehari-hari tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan kepentingan antar kedunya. Dalam hubungan itu tidak jarang dituntut adanya etika pergaulan bisnis yang baik.
4.        Hubungan dengan Investor
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah “go publik” harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada para insvestor atau calon investornya. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan para investor untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Dalam hal ini perlu mandapat perhatian yang serius karena dewasa ini di Indonesia sedang mengalami lonjakan kegiatan pasar modal.
5.        Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan
Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama pajak pada umumnya merupakan hubungan pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini merupakan hubungan yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan. Laporan finansial tersebut haruslah disusun secara baik dan benar sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah penggelapan pajak atau sebagianya.

Kepedulian pelaku bisnis terhadap etika
Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dll. Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah
1.      Pengendalian diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan dengan jalan main curang dan menakan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut walaupun keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang “etis”.
2.      Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda.
3.      Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing
Oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi Bukan berarti etika bisnis anti perkembangan informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
4.      Menciptakan persaingan yang sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya.
5.      Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-”ekspoitasi” lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang.
6.      Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan negara.
7.      Mampu menyatakan yang benar itu benar 
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
Perkembangan Dalam Etika Bisnis
Etika bisnis mencapai status ilmiah dan akademis dengan identitas sendiri, pertama kali timbul di amrika srikat pada tahun 1970-an. Untuk memahaminya, menurut Richard De George, pertama-tama perlu membedakan antara ethics in business dan business ethics.
Masa lahirnya etika bisnis terdapat dua faktor yang mendorong kelahiran etika bisnis pada tahun 1970-an. Pertama sejumlah filosof mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah sekitar bisnis dan etika bisnis sebagai suatu tanggapan atas krisis moral yang sedang melputi dunia bisnis di Amerika Serikat. Kedua terjadinya krisis moral yang dialami oleh dunia bisnis. Pada saat ini mereka bekerja sama khususnya dengan ahli ekonomi dan manejemen dalam meneruskan tendensi etika terapan. Masa eika bisnis melus ke Eropa, etika bisnis mulai merambah dan berkembang setelah sepuluh tahun kemudian. Hal ini pertama-tama ditandai dengan semakin banyaknya perguruan tinggi di Eropa Barat yang mencantumkan mata kuliah etika bisnis. Pada taun1987 didirkan pula European Ethics Nwork (EBEN) yang bertujuan menjadi forum pertemuan antara akademisi dari universitas, sekolah bisnis, para pengusaha dan wakil-wakil dari organisasi nasional da nternasional.
Etika Bisnis Dalam Akuntansi
            Profesi akuntan publik bisa dikatakan sebagai salah satu profesi kunci di era globalisasi untuk mewujudkan era transparansi bisnis yang fair, oleh karena itu kesiapan yang menyangkut profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dipunyai oleh setiap anggota profesi yaitu: keahlian, berpengetahuan dan berkarakter. Karakter menunjukkan personality seorang profesional yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya. Sikap dan tindakan etis akuntan publik akan sangat menentukan posisinya di masyarakat pemakai jasa profesionalnya. Profesi juga dapat dirumuskan sebagai pekerjaan yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian dan keterampilan yang tinggi serta dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang mendalam.Untuk menegakkan akuntansi sebagai sebuah profesi yang etis, dibutuhkan etika profesi dalam mengatur kegiatan profesinya. Etika profesi itu sendiri, dalam kerangka etika merupakan bagian dari etika sosial. Karena etika profesi menyangkut etika sosial, berarti profesi (dalam hal ini profesi akuntansi) dalam kegiatannya pasti berhubungan dengan orang/pihak lain (publik). Dalam menjaga hubungan baik dengan pihak lain tersebut akuntan haruslah dapat menjaga kepercayaan publik.

Kesimpulan : Jadi menurut pendapat saya, etika dalam bisnis itu memerlukan pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan.

Sumber :


Pendahuluan Etika Sebagai Tinjauan



TUGAS SOFTSKILL 1 ETIKA PROFESI AKUNTANSI 

Pengertian Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti, karakter, watak, kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the performanceindex or reference for our control system” yang artinya disiplin yang dapat bertindak sebagai acuan atau indeks capaian untuk sistem kendali kita/kami. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian etika adalah: Ilmu tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai benar dan salah yang dianut masyarakat.

1. Prinsip – Prinsip Etika Profesi
Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik IAI menyatakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi. Seluruh gagasan atau ide agung tersebut dapat diringkas menjadi 6 prinsip yang merupakan landasan penting Etika, yaitu Keindahan, Persamaan, Kebaikan, Keadilan, Kebebasan, dan Kebenaran. Berikut ini adalah beberapa Prinsip Etika Profesi Akuntan, diantaranya :
a. Tanggung Jawab Profesi
Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan atau fungsinya (by function), artinya keputusan yang diambil dan haasil yang diambil dari pekerja tersebut harus baik serta dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan standar profesi, efisien, dan efektif.
b. Tanggung jawab terhadap atau tindakan dari pelaksanaan profesi (by profession)
yaitu terhadap dirinya, rekan kerja dan profesi, organisasi / perusahaan dan masyarakat umum lainnya, serta keputusan atau hasil pekerjaan tersebut dapat memberikan manfat dan beruna bagi dirinya atau pihak lainnya, seorang profesional harus berbuat baik (beneficence) dan tidak berbuat suatu kejahatan (non  maleficence).
c. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
d. Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
c. Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah.
d. Kompetensi dan Kehati –hatian Profesional
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keandalan atau pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 fase yang terpisah:
1. Pencapaian dan Kompetensi Professional
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keandalan atau pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 fase yang terpisah:
2. Pemeliharaan Kompetensi Profesional
            Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen, pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, serta anggotanya harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten.
e. Kerahasiaan
            Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
f. Perilaku Professional
            Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.  Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
g. Standar Teknis
            Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

2. Basis Teori Etika
a. Etika Telelogi (Yunani : Telos = tujuan)
Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Dua aliran etika teleologi :
1. Egoisme Etis
            Egoisme adalah tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain. Egoisme ini baru menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadi hedonistis, yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yg bersifat vulgar.
2. Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang berarti “bermanfaat”.  Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja  satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
b. Deontologi
            Istilah deontologi berasal dari kata  Yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. ‘Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab : ‘karena perbuatan pertama menjadi kewajiban  kita dan karena perbuatan kedua dilarang’. Yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting.
c. Teori Hak
            Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi  baik buruknya  suatu perbuatan atau perilaku. Teori Hak merupakan suatu aspek  dari teori deontologi, karena berkaitan dengan kewajiban. Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok dengan suasana pemikiran demokratis.
d. Teori Keutamaan (Virtue)
            Memandang  sikap atau akhlak seseorang. Tidak ditanyakan apakah suatu perbuatan tertentu adil, atau jujur, atau murah hati dan sebagainya. Keutamaan bisa didefinisikan  sebagai berikut: disposisi watak  yang telah diperoleh  seseorang dan memungkinkan  dia untuk bertingkah laku baik secara moral.
3. Egoisme
Motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat.

Kesimpulan : Jadi menurut pendapat saya yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli tentang etika tersebut bahwa Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut.

Sumber :  

Minggu, 22 Juni 2014

Tugas Softskill Bulan ke 4

Ivo Devathe
23211761
3EB11

                                Tugas Bahasa Inggris Bisnis 2

Exercise 37 : Relative Clause Page : 138 
1. The last record who was produced by this company became a gold record.
2. Checking accounts which require a minimum balance are very common now.
3. The professor which you spoke yesterday is not here today.
4. John grades who are the highest in the school has received a scholarship.
5. Felipe bought a camera that has three lenses.
6. Frank is the man whose we are going to nominate for the office of treasure.
7. The doctor is with a patient whose leg was broken in an accident.
8. Jane is a woman who is going to china next year.
9. Janet wants a typewriter which self corrects.
10. This book that i found last week contains some useful information.
11. Mr. Bryant whose team has lost the game looks very sad.
12. James wrote an article which indicated that he disliked the president.
13. The director of the program who graduated from Harvard University is planning to retire next year.
14. This is book which I have been looking for all year.
15. William whose brother is a lawyer wants to become a judge.

Exercise 38 : Relative Clause Reduction Page : 139
1. George is the man chosen to represent the committe at the convention.
2. All of the money accepted has already been released.
3. The papers on the table belong is Patricia.
4. The man brought to the police station confessed to the crime.
5. The girl drinking coffe is Mary Allen.
6. John's wife, a professor, has written several papers on this subject.
7. The man talking to the policeman in my uncle.
8. The book on the stop shelf is the one I need.
9. The number of students counted is quite high.
10. Leo Evans, a doctor, eats in this restaurant every day.

Artikel

Relative Clauses add extra information to a sentence by defining a noun. They are usually divided into two types – defining relative clauses and non-defining relative clauses.

Defining relative clauses

Look at this sentence:

The woman who lives next door works in a bank.
‘who lives next door’ is a defining relative clause. It tells us which woman we are talking about.

Look at some more for examples:
  • The film that we saw last week was awful.
  • This is the skirt I bought in the sales.
  • Look out! There’s the dog that bit my brother.
Can you identify the defining relative clauses? They tell us which dog, which film and which skirt we are talking about.
  
Relative Pronouns

Relative clauses are often introduced by a relative pronoun (usually who, which, that, but when, where and whose are also possible)

With defining relative clauses we can use who or that to talk about people.
  • She’s the woman who cuts my hair.
  • She’s the woman that cuts my hair.
And we can use that or which to talk about things.
  • The dog that bit my brother.
  • The dog which bit my brother.
It is also sometimes possible to omit the relative pronoun.
  • This is the skirt that I bought in the sales.
  • This is the skirt which I bought in the sales.
  • This is the skirt I bought in the sales.
In this sentence ‘skirt’ is the object of the verb (buy). ‘I’ is the subject. When the relative pronoun is the object, it can be omitted.
  • The film we saw last week was awful.
  • BUT The dog bit my brother. This is not possible because the dog is the subject of the verb, ‘bite’.
https://learnenglish.britishcouncil.org/en/grammar-reference/relative-clauses-defining-relative-clauses

Senin, 19 Mei 2014

Tugas Softskill Bulan ke 3

 TUGAS BAHASA INGGRIS BISNIS 2


Causative Voice (Hal 135 exercise 36)
1. The Teacher made juan to leave the room.
2. Toshiko had her car repair by a mechanic.
3. Ellen got Marvin typed her paper.
4. I made jane call her friend on the telephone.
5. We got our house painted last week.
6. Dr Byrd is having the students wrote a compisition.
7. The Policemen made the suspect lie on the ground.
8. Mark got his transcript sent to the university.
9. Maria is getting her hair to cut tommorow.
10 We will have to get the Dean to sign this form.
11. The teacher let Al leave the classroom.
12. Maria got Ed washed the pippets.
13. She always has her car fix by the same mechanic.
14. Gene got his book published by a subsidy publisher.
15. We have to help janet to find her keys.

Passive Voice
Soal
1. Somebody calls the president everyday.
2. John is calling the others members.
3. Somebody will call Mr. Walson tonight.
4. The fire has caused considerate damage.
5. The teacher should buy the supplies for this class.

Jawaban
1. The president called by someone everyday.
2. The others members is being called by John.
3. Mr. Walson will be called by somebody tonight.
4. Considerate damage has been caused by the fire.
5. The supplies should be bought by the teacher for this class.

Artikel Active Voice and Passive Voice
Kalimat Aktif (Active Voice) adalah kalimat yang dimana subject-nya melakukan pekerjaan dan sebaliknya.
Bentuk dari Kalimat Aktif (Active Voice) : S + Be + Verb3 + By Agent (kata kerja yang disesuaikan dengan tenses-nya).
Keterangan :
S : Subjek
Be : Tobe
Verb-3 : Kata Kerja Bentuk Ke 3
By Agent : Pelaku 
Contoh Active Voice : We fertilize the soil every 6 month.   
Contoh Kalimat Aktif (Active Voice) Lainnya:
I always go to school with my friends.
She writes good poems.
They are playing football every afternoon in the yard.
She has lived here for 15 years.
Tom didn’t use key to open the door last night.
He stole my wallet in the market.
She should study hard in order to get a good score in this semester.
We can help you anytime.

Catatan
Ciri-ciri dari active voice adalah susunan kalimatnya merupakan bentuk dasar dari “verb” atau “to be”. Sedangkan ciri-ciri dari passive voice adalah susunan kalimatnya dirangkai menggunakan “to be/ be” kemudian diikuti oleh Verb 3, dan biasanya diikuti oleh frase “by”

Kalimat Pasif (Passive Voice) adalah kalimat yang dimana subject-nya dikenai oleh pekerjaan oleh object kalimat. Passive Voice juga merupakan suatu gramatical construction (bentuk gramatical) dimana subject kalimat tidak melakukan aksi, melainkan menerima aksi atau ditindaklanjuti (receiver of action) baik disebutkan atau tidak. Sebaliknya, pada kontruksi active, subject berhubungan langsung dengan verb dengan bertindak sebagai pelaku aksi.
Kalimat aktif dapat ditransformasi menjadi pasif, namun hanya transitive verb (diikuti direct object) yang dapat diberlakukan demikian.
Contoh Passive Voice : The soil is fertilized by us every 6 month.
Dari contoh ini dapat kita lihat bahwa : Object dari active voice (the soil) menjadi subject dari active voice. Subject dari active voice (we) menjadi object pronoun "us". Verb1 (fertilize) pada active voice menjadi verb3 (fertilizied) pada passive voice. Ditambahkannya be "is" di depan verb3. Be yang digunakan adalah tergantung dari subject passive voice dan tenses yang digunakan.
Perhatikan pola-pola passive voice di bawah.
Ditambahkannya kata 'by' di belakang verb3 namun, jika object dari passive voice dianggap tidak penting atau tidak diketahui, maka object biasanya tidak dikemukakan dan begitu pula kata 'by'. Khusus untuk kalimat-kalimat progressive (present, past, past perfect, future, past future, dan past future perfect continuous, perlu menambahkan 'being' di depan verb3).

Rumus Passive Voice

S + Auxiliary Verb + Past Participle

Keterangan
S : Subject
Auxiliary Verb : Kata Kerja Bantu
Past Participle : Verb 3 dari Kata Kerja

Catatan : 
  • Auxiliary verb dapat berupa primary auxiliary verb be (is, are, am, was, were, be, been, being), kombinasi antara dua primary (is/are/being,was/were being,has/have been) atau antara primary dan modal auxiliary verb (will be, will have been).
  • Past Participle yang digunakan berupa kata kerja transitive.

Minggu, 13 April 2014

Tugas Softskill Bulan Ke 3

Ivo Devathe
23211761
3EB11

                                             Tugas Softskill Bulan Kedua 


Exercise 33 : because / because of 
Page : 121 
1. Because of
2. Because of
3. Because of
4. Because
5. Because
6. Because
7. Because of
8. Because of
9. Because of
10. Because of

Exercise 34 : so / so such 
Page 124 
1. So
2. Such
3. So
4. So
5. Such
6. So
7. Such
8. So
9. Such
10. Such
11. So
12. So
13. Such
14. So
15. So 

Artikel Connectors

Examples of Connectors

They include the relative pronouns which introduce adjective clauses.
1. The book / that you're studying / was written by a friend of mine
     I ran into a friend / whom I hadn't seen for many years.

They include the various clause connectors which introduce noun clauses : that, whether, if, and the question words used in indirect questions.
2. He knew / that he wasn't going to win the election
    She asked / whether they understood the lesson

They include the various clause connectors which introduce adverb clauses.
3. He was watching TV / while she was reading a magazine
    He wanted to leave early / because he had a date
    He wanted to leave early / althought the program was very interesting

Sabtu, 15 Maret 2014

Tugas Softskill bulan ke 1

Ivo Devathe
23211761
3EB11

                                            Tugas Softskill Bahasa Inggris


Hal 97-98
Exercise 1 : Conditional Sentences 

1. understood
2. wouldn't have been
3. will give
4. would have told
5. would have been
6. had
7. would stop
8. needed
9. would have found
10. would have enjoyed
11. have paint
12. we had been
13. writes
14. could have permitted
15. were spending
16. will accept
17. have buy
18. had decide
19. would have written
20. would have leak
21. had study
22. has hear
23. have seen
24. gets
25. were turns
26. have been
27. would have called
28. would have talked
29. had explained
30. were speak

Hal 106-107
Exercise 26 : Adjectives and Adverbs

1. well
2. intense
3. brightly
4. fluent
5. fluently
6. smooth
7. accurately
8. bitter
9. soon
10. fast

Hal 109
Exercise 27 : Linking (Copulative) Verbs 

1. terrible
2. well
3. good
4. calm
5. sick
6. quickly
7. diligently
8. vehemently
9. relaxed
10. noisy

Hal 114
Exercise 28 : Comparisons

1. sooner
2. more important
3. as well
4. more expensive
5. hottet
6. more talented
7. more colorful
8. happier
9. more bad
10. faster 

Hal 114
Exercise 29 : Comparisons

1. than
2. than
3. from
4. than
5. form
6. than
7. as
8. than
9. than
10. from

Hal 117
Exercise 30 : Comparisons

1. better
2. happy
3. faster
4. creamiest 
5. more colorful
6. better
7. good
8. more awkwardly
9. least
10. prettiest
11. the best
12. from
13. less impressive
14. the sicker
15. when
16. twice as much as
17. few
18. much
19. farthest
20. more famous